PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- SEDIKITNYA lima imigran yang tinggal di mes Jalan Imam Munandar, terjangkit demam berdarah dengue (DBD) akhir Desember 2019 lalu. Dari pemeriksaan tim yang turun ke lokasi, lingkungan tempat tinggal mereka yang kotor jadi penyebab nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di sana.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Kota Pekanbaru, Maisel Fidayesi kepada Riau Pos, Selasa (7/1) menjelaskan, terkait ini awalnya pihaknya mendapatkan informasi S0, yakni laporan dari rumah sakit tentang pasien yang positif menderita DBD.
"Lalu dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE). 2019 akhir di Harapan Raya itu, ada lima orang kena DBD," kata dia.
Lebih lanjut dipaparkannya, pihaknya merespon informasi tentang warga yang menderita DBD dengan mencari alamat warga penderita. "Kita cari alamat nya dimana. Disana PE dilakukan. Apakah sumbernya dari lingkungan tersebut atau seperti apa. Misalnya bisa saja di bawa dari daerah lain. Demamnya kan lima hari," imbuhnya.
Mes tempat tinggal imigran yang menderita DBD sebut Maisel sudah dilakukan pengecekan. Disana ditemukan jentik nyamuk penyebab DBD. "Sudah kita turunkan tim. Temuannya, memang ada jentik nyamuk. Mesnya kotor, lingkungan kurang bersih," tegas dia.
Terhadap imigran yang dideteksi menderita DBD, Maisel menyebut penanganan awal dilakukan oleh pusat kesehatan masyarakat setempat. "Nanti dari puskesmas mengontak imigrasi untuk tindak lanjut pengobatan imigran. Dari imigrasi yang tindak lanjut apakah dibawa ke rumah sakit atau bagaimana. Intinya penanganan pertama tetap dilayani. Dia pasien umum dilayani," paparnya.
Kepada Maisel, Riau Pos kemudian menanyakan bagaimana kondisi lima orang imigran yang terjangkit DBD ini. Dia menyebut setelah dilakukan perawatan, para imigran itu kondisinya membaik. "Yang lima orang ini sudah sembuh," ungkapnya.
Ditegaskan dia, kebersihan lingkungan adalah kunci untuk memberantas DBD. Karena itu, semua pihak harus bersama menyadari pentingnya hal ini. "Makanya kami mengimbau masyarakat, mengajak camat , lurah, RT dan RW untuk membersihkan lingkungan. Karena kalau lingkungan kotor, tidak akan bebas dari DBD," terangnya.
Dalam pada itu, untuk Kota Pekanbaru secara umum di awal tahun 2020 ini sudah dideteksi ada lima orang yang terjangkit DBD. Penderita ini disebut akumulasi dari akhir 2019 hingga awal 2020.
Demikian dikatakan Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru M Amin. "Sepanjang 2019 ada 422 yang kena DBD. Lima diantaranya meninggal dunia. Tahun 2020 ada lima orang penderita DBD. Ini yang tidak terdata di akhir Desember termasuk yang awal Januari 2020," kata Amin.
Disebutkannya, untuk imigran yang terdeteksi terjangkit DBD, penanganan kesehatan yang diberikan sama dengan masyarakat pada umumnya. "Kita tidak membedakan pelayanan. Dalam aturan tentang imigran, kita dapat memberikan pelayanan kesehatan. Kita tetap layani atas dasar kemanusiaan," sebutnya.(ksm)
Laporan M ALI NURMAN, Kota